Setelah 81 Hari Blokade, 87 Truk Bantuan Kemanusiaan Bisa Masuk Gaza

Share this post:

Setelah hampir tiga bulan penuh blokade total yang diberlakukan Israel sejak 2 Maret 2025, akhirnya truk-truk bantuan kemanusiaan mulai bisa memasuki Jalur Gaza. Pada 21 Mei 2025, sebanyak 87 truk bantuan berhasil masuk ke wilayah yang dihuni sekitar 2,4 juta penduduk Palestina tersebut, membawa makanan, obat-obatan, dan pasokan penting lainnya. Momen ini menjadi titik terang di tengah krisis kemanusiaan yang semakin memburuk akibat blokade panjang yang membuat warga Gaza nyaris terisolasi dari dunia luar.

Krisis Kemanusiaan yang Memburuk

Blokade yang diberlakukan Israel sejak awal Maret 2025 menutup seluruh akses masuk ke Gaza, termasuk pengiriman makanan, obat-obatan, dan bantuan kemanusiaan. Akibatnya, hampir seluruh populasi Gaza bergantung sepenuhnya pada bantuan dari luar. Data Bank Dunia menunjukkan bahwa 2,4 juta orang di Gaza hidup dalam kondisi yang sangat rentan dan bergantung pada pasokan bantuan.

Selama blokade, laporan dari berbagai organisasi internasional dan badan PBB memperingatkan bahwa situasi di Gaza semakin kritis. Kelaparan meluas, kekurangan obat-obatan akut, dan kondisi medis yang memburuk menjadi ancaman nyata bagi warga sipil. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan pakar keamanan pangan bahkan mengeluarkan peringatan keras tentang risiko kelaparan massal dan krisis kesehatan yang dapat menewaskan ribuan orang.

Bantuan yang Masuk: “Setetes Air di Lautan”

Meskipun 87 truk bantuan telah berhasil masuk, jumlah ini masih jauh dari kebutuhan yang sangat besar di Gaza. Kepala Kemanusiaan PBB, Tom Fletcher, menggambarkan bantuan yang masuk sebagai “setetes air di lautan dari apa yang sangat dibutuhkan.” Pada hari pertama bantuan mulai masuk, hanya lima truk yang membawa makanan bayi dan kebutuhan dasar lainnya yang diizinkan melewati perbatasan Kerem Shalom, jalur utama masuknya bantuan ke Gaza.

PBB dan organisasi kemanusiaan lainnya terus mendesak agar akses bantuan diperluas secara signifikan. Mereka menekankan bahwa Gaza membutuhkan minimal 500 truk bantuan dan 50 truk bahan bakar setiap hari untuk memenuhi kebutuhan dasar penduduknya. Namun, hingga kini, pengiriman bantuan masih sangat terbatas dan belum mampu mengatasi krisis yang sudah sangat parah.

Tekanan Internasional dan Kesepakatan Bantuan

Tekanan dari berbagai negara, termasuk Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Uni Emirat Arab (UEA), menjadi salah satu faktor yang mendorong Israel melonggarkan blokade secara terbatas. UEA, misalnya, telah mencapai kesepakatan dengan Israel untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan mendesak bagi sekitar 15.000 warga Gaza pada tahap awal. Bantuan ini mencakup pasokan makanan, dukungan untuk pengusaha roti, dan kebutuhan anak-anak. Namun, kesepakatan ini masih dalam tahap awal dan belum memastikan aliran bantuan yang berkelanjutan dan cukup besar.

Selain itu, tekanan diplomatik juga terkait dengan upaya mengembalikan gencatan senjata dan pembebasan sandera yang menjadi bagian dari konflik berkepanjangan antara Israel dan Hamas sejak Oktober 2023. Konflik ini telah menewaskan puluhan ribu warga Palestina, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak, serta menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza.

Kondisi di Gaza: Kehidupan di Tengah Reruntuhan

Blokade dan serangan militer yang terus berlangsung telah menghancurkan infrastruktur vital di Gaza. Ribuan warga terpaksa mengungsi dan hidup dalam kondisi yang sangat sulit. Jalanan yang berdebu, bangunan yang hancur, dan kekurangan pasokan dasar menjadi pemandangan sehari-hari. Banyak warga yang membawa barang-barang seadanya, berusaha bertahan hidup di tengah kehancuran dan ketidakpastian.

Seruan evakuasi dari militer Israel di kota-kota seperti Khan Younis menambah tekanan bagi warga sipil yang sudah sangat rentan. Sementara itu, Hamas mengajukan tuntutan agar pembebasan sandera dilakukan dengan imbalan gencatan senjata dan penarikan pasukan Israel dari Gaza, yang hingga kini belum membuahkan kesepakatan permanen.

Harapan dan Tantangan ke Depan

Kembalinya truk-truk bantuan ke Gaza menjadi sinyal positif, namun tantangan besar masih menanti. Jumlah bantuan yang masuk harus ditingkatkan secara drastis agar bisa memenuhi kebutuhan dasar penduduk Gaza yang sangat besar. Selain itu, keamanan distribusi bantuan juga menjadi perhatian, karena situasi di lapangan yang kacau dapat menyebabkan bantuan dijarah atau tidak sampai ke yang membutuhkan.

PBB dan komunitas internasional terus mengupayakan agar akses kemanusiaan ke Gaza dapat dibuka secara aman, berkelanjutan, dan tanpa hambatan. Hal ini sangat penting untuk mencegah krisis kemanusiaan yang lebih parah dan mengurangi penderitaan jutaan warga Palestina di wilayah tersebut.***

Kunjungi situs resmi kami disini

Ikuti media sosial resmi Amanah Kemanusiaan Global InstagramYoutube, dan Threads untuk informasi terkini.

Anda juga bisa berdonasi disini

Baca juga artikel terbaru, klik disini

Share this post: