Bandung – Gaza menghadapi bencana banjir ekstrem yang terjadi sejak hujan musim dingin pertama tahun 2025. Hujan deras menggenangi kamp pengungsian, terutama di wilayah Khan Younis dan kawasan lain yang menampung ratusan ribu pengungsi. Kondisi ini memperburuk krisis kemanusiaan yang sudah sangat parah setelah dua tahun konflik yang menghancurkan infrastruktur dan gedung-gedung di sana.
Berdasarkan laporan dari Norwegian Refugee Council (NRC), lebih dari 250.000 keluarga—sekitar 1,5 juta jiwa—saat ini sangat rentan dan membutuhkan bantuan tenda serta perlengkapan darurat untuk menghadapi cuaca ekstrem. Hujan membanjiri tenda-tenda pengungsian yang banyak sudah rapuh, membuat warga Palestina terpaksa basah kuyup dan kedinginan tanpa perlindungan memadai. Air hujan yang tercampur limbah juga meningkatkan risiko penyakit bagi penduduk yang sudah berada dalam kondisi lemah dan kelaparan.
Sekretaris Jenderal NRC, Jan Egeland mengingatkan bahwa minimnya perlindungan menempatkan banyak warga dalam bahaya kematian akibat cuaca buruk. Wakil Juru Bicara PBB Farhan Haq serta Kepala Bantuan PBB Tom Fletcher juga menyuarakan keprihatinan serupa, mendesak agar pembatasan akses kemanusiaan yang tersisa segera dicabut oleh Israel sehingga lebih banyak bantuan bisa masuk ke Gaza.
Krisis semakin diperparah dengan kondisi sekitar 80 persen bangunan di Gaza yang hancur akibat genosida, sehingga sebagian besar penduduk harus tinggal di tenda pengungsian yang tidak layak. Dampak banjir mengakibatkan kerusakan lebih lanjut pada tempat tinggal dan pasokan makanan, menambah penderitaan warga yang sudah mengalami trauma berkepanjangan.
Upaya bantuan kini difokuskan pada penyediaan perlindungan darurat, makanan hangat, dan dukungan medis di tengah tuntutan membuka akses suplai kemanusiaan agar krisis ini tidak berujung pada bencana kemanusiaan yang lebih besar.***
Kunjungi situs resmi kami disini
Ikuti media sosial resmi Amanah Kemanusiaan Global Instagram, Youtube, dan Threads untuk informasi terkini.
Anda juga bisa berdonasi disini
